Selamat Sore Senja #2
Hai nja..
Lihat aku sedang mengaduk teh
hangat digelas putih bercak abu, menimbulkan dentingan sendok bersama diameter
gelasnya. Aku menyukai sore seperti ini, bau tanah basah. Beberapa jam yang
lalu kotaku diguyur hujan lebat, padahal aku sedang berada dikampus mengambil
berkas. Terpaksa aku berlari kecil menuju halte bus terdekat, mengalun-alunkan
tangan menghentikan bus tujuanku. Jarak kampus menuju tempat kostku tidak
terlalu jauh, biasanya aku mampu berjalan pulang pergi, kiranya hanya 1,5
kilometer. Tapi tak lelah, aku menyukai berjalan kaki. Karena menurutku, setiap
langkah kakiku adalah menuju kebaikan. Aku takut esok tak bisa berjalan. Payung
hijau yang setia kubawa kemana-mana ku pegarkan, berlari kecil lagi membuka
gerbang kontrakan, pf.. akhirnya aku sampai tujuan.
Setelah cuci muka tadi, aku
sengaja menghangatkan diri dengan secangkih teh bergula satu sendok, tak lebih
dan tak kurang. Lalu, aku menikmati sore. Melihat langit, was-was, mungkinkah
kau datang sore ini. Karna kulihat, awan pekat menutupi jalanmu bukan ? kedua
tangan ku lingkaran digelas kaca berwarna putih bercak abu, mengalir hangat
melewati pembuluh jariku. Memejamkan mata, menarik nafas dalam, mengeluarkannya
pelan, dan sergak bau tanah mengodaku untuk tetap menikmati kedamaian sore ini.
Aku mencintainya. Sore dipenghujung senja, kau kembali datang. Aku yakin kau
akan datang, aku tersenyum. Kau melirikku kecil. Aku yakin kau berpikir aneh,
“siapa gerangan gadis itu, sering kali melihatku dibalik jendela kamarnya”.
Mungkin, kau bilang begitu. Mungkin.
Lalu aku diam-diam mengantarkanmu
pulang. Malam pun menjelang.
Salam, Matahari.
Solo, 19 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar